Jumat, 03 Mei 2013

HITAMKU part 1


            Di malam yang dingin motor Doni menembus rerintikan hujan dengan tergesa untuk menemui kekasihnya yang sudah menunggunya di cafe sejam yang lalu untuk merayakan anniversary mereka. Senyumnya mengembang saat dia telah sampai dipelataran cafe tersebut. Aroma kopi yang kuat telah menyeruak di hidungnya dicafe yang sangat cozy sangat pas untuk merayakannya apalagi suasana cafe tidak begitu rame sehingga ada sedikit privacy untuk pasangan kekasih ini. “Kamu selalu nggak pernah on time! Aku sejam menunggumu disini.” tutur Mira, kekasihnya. “Maaf, tadi dijalan macet dan hujan deras pula. Happy anniversary Mira Dewindra Kumala.” Ucap Doni.
Keesokan paginya seperti biasa Doni menjemput Mira untuk berangkat kuliah. Dia melongok-longok ke arah bangunan tempat tinggal Mira, matanya menyisir semua area untuk mencari Mira lalu Doni mengeluarkan ponsel dari saku celananya “Mira, aku sudah didepan kost kamu.” Pesan pun dikirim. “Maaf ya sudah buat kamu menunggu lama. Ayo kita berangkat!”. 10 menit perjalanan menuju kampus mereka tidak banyak bicara hanya suara deru motor yang membelah keheningan diantara mereka. Mira sedang asyik dengan gadget ditangannya dan tidak menghiraukan sekitar dan Doni yang berjalan bersampingan dengan dia. “Kenapa tertawa, Mir?” tanya Doni. “Oh nggak apa-apa kok.. Ini cuman ada pesan dari Adit.” ucapnya. Adit adalah sahabat Mira semenjak dibangku SMA.
“Ha? Masa sih si Tania sudah putus sama si roy? Padahal mereka sudah pacaran 4 tahun loh. Ah sayang sekali!” ucap Mira. Mira sedang bertemu dengan Adit di cafe tempat dia dan kekasihnya merayakan hari spesialnya, mereka telah membuat janji sebelumnya lewat pesan singkat yang dikirim oleh Adit. “Wah benar sayang sekali! Meraka terlihat sangat serasi ya.” ucap Adit. Mereka menghabiskan waktu yang lumayan lama untuk mengobrol dan tidak disangka Adit menyatakan perasaannya ke Mira dan hati Mira berkecamuk antara senang dan sedih dengan kenyataan bahwa dia telah bersama Doni, kekasihnya. Mira menerima cinta Adit dan dia tidak perlu berpikir panjang lagi. “Aku ingin mencari suasana baru dengan orang lain. Hubunganku dengan Doni sudah sangat hambar dan aku sudah tidak ada hasrat untuk bersamanya, tapi aku sayang Doni.” pikirnya.
Sudah 2 bulan telah bersama dengan Adit dan Doni mulai curiga dengan perubahan sikap Mira 2 bulan belakangan ini. Doni telah menanyakan apakah hubunga mereka baik-baik saja tetapi Mira hanya diam membisu. “Cappucino small satu.” ucap Doni. Doni menghabiskan waktunya di cafe dimana dia merayakan hari spesial bersama Mira. Arsitektur cafe itu tidak berubah setelah 6 bulan Doni tidak menginjakkan kakinya disana, aroma kopinya juga tidak berubah tetap harum seperti awal dia datang. Dia menghirup aroma kopinya sehingga pikirannya terhegemoni dengan aroma kopi tersebut. Dia meniup asap tipis yang mengelilingi kopinya yang menyeruak ke wajah Doni lalu Doni menikmati kopinya dengan sangat tenang. Pikirannya kacau dan dia gelisah melihat perubahan Mira yang tidak peduli lagi dengannya. “Aku harus bagaimana lagi untuk menunjukkan kalau aku sayang dia? Aku salah apa? Aku pikir hubungan kita baik-baik saja tidak ada yang salah. Aku juga selalu on time bila menemuinya.” pikirnya. Doni menatap cangkir yang berisikan kopi berwarna coklat dengan asap tipisnya, asap itu berpilin bebas ke atas bersama pikiran Doni.
“Apa! Mira selingkuh dengan Adit? Kamu pasti berbohong kan? Jawab!” teriak Doni. “Aku tidak berbohong. Aku melihat Adit memeluk Mira dan memanggilnya ‘sayang’. Semua orang juga tahu bila mereka berpacaran.” ucap Bella, teman Doni. “Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Apa ini benar? Kenapa begitu sakit? Setelah sekian lama kita bersama dia berani menduakan aku. AKU HARUS APA!!!” pikirnya. Pikiran dan hati Doni kini berkecamuk antara ingin menemui Mira dan menemui Adit untuk mencari kebenaran berita itu. Doni hanya bisa diam seribu bahasa dan merasakan kesakitannya. Pertengkaran antara Doni dan Mira pun tak terelakkan, mereka saling tuduh menghardik satu sama lain. Sudah tidak ada kejelasan lagi hubungan mereka dan mereka memutuskan untuk berpisah.
Doni memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk menuju cafe tempat dia biasa menenangkan diri. Hujan deras pun turun dan udara dingin menyeruak ditubuh Doni, sama dinginnya dengan perasaannya saat ini. Sesampainya, dia lalu memarkirkan motornya dan berlari menuju kedalam dan memesan cappucino small. Doni hanya tertunduk lesu mengingat kejadian saat pertengkaran itu dan air matanya turun sederas hujan di luar. Dia melongok kejendela sembari memainkan cangkirnya yang masih berisikan kopi yang mulai dingin, dia belum meminumnya sedikit pun, dia larut dalam kesedihannya yang kehilangan Mira, mantan kekasihnya.


-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar