Doni
masih mematung didalam cafe, matanya menerawang lurus ke jendela. Betapa kagetnya
dia melihat matan kekasihnya sedang bergandengan tangan menembus rintik hujan
untuk berteduh di halte seberang cafe. “Dimana? Sini yuk gabung sama gue di
club.” pesan singkat dari David. Tak perlu pikir panjang lagi Doni menghabiskan
cappucino yang telah dingin lalu meninggalkan cafe dengan hati remuk-redam. Suara
mesin motornya menderu memecah heningnya malam dan rintik hujan, dia memacu
motornya dengan kecepatan tinggi.
“Hai
Doni! Sebelah sini.” sapa David. Doni hanya melambaikan tangan sembari berjalan
menuju tempat David duduk. David duduk di bar dengan tequila didepannya. “Mau
pesan apa? Biar gue yang pesanin.” ucap David. “Sama aja kaya lo.” tutur Doni. Suara
musik bedegup kencang memekakan telinga. Doni masih terpaku mengingat apa yang
dilihatnya di luar cafe dan itu membuatnya depresi. “Woy ngelamun aja! Ada masalah
apaan? Cerita aja nggak apa-apa kali aja gue bisa bantu masalah lo.” suara David
membuat Doni kaget. “Hahaha.. Bikin kaget aja lo! Gue baru aja putus sama cewek
gue. Dia selingkuh sama Adit! Tau kan lo si Adit?”. “Ha? Adit si cupu dan dekil
itu? Cewek lo bego amat sih mau-maunya sama cowok kaya gitu. Mending lo
kemana-mana kali. Udah men nggak usah dipikirin lagi, kita have fun aja malam
ini nggak perlu mikir macam-macam.” tutur David.
Sinar
matahari pagi menembus kamar melalui celah gorden kamar David. Doni mabuk berat
semalam akhirnya David membawa Doni ke apartemennya untuk beristirahat. “Yang
habis mabuk semalam tidurnya nyenyak banget deh hahaha.” goda David. “Gue mabuk
semalam? Astaga gue nggak sadar hahaha.” cerocos Doni. Doni menuju kamar mandi
untuk membersihkan diri lalu turun untuk sarapan dengan David. David memasak untuk
sarapan mereka agar tenaga Doni pulih kembali. David memberi perhatian layaknya
kekasih terhadap Doni, Doni tidak menaruh curiga sedikitpun kepada David. Dia melahap
sarapan yang ada didepannya. “Wah masakanmu enak sekali. Aku mau kalau setiap
hari makan enak seperti ini.” sembari makan. Senyum David mengembang setelah
masakannya dipuji oleh Doni dan dia hanya memandang Doni dengan mata sayunya.
“Dav,
temani gue ke mall yuk gue mau beli baju.” Pesan singkat Doni. Motor Doni
berderu-deru lalu memacunya menuju apartement David, ternyata David telah
menunggu Doni di lobby dan mereka langsung menuju mall yang diingini. Setelah lama
berkeliling memilih baju akhirnya Doni dan David menuju resto untuk makan
siang. David begitu perhatian kepada Doni, semua makanan David yang memilihnya
dan Doni hanya menurut saja.
Setelah
kedekatan mereka sekian lama ternyata David menaruh rasa kepada Doni dan David
takut untuk menyatakan perasaannya ke Doni, David hanya memendam perasaannya. Doni
sekarang lebih sering clubbing dengan David untuk melepas penatnya. Suatu malam
tidak disangka David menyatakan perasaannya ke Doni, Doni sangat kaget dengan
pernyataan David. “Sekian lama aku bersama David ada perasaan yang sama ku
rasakan. Apa ini rasa sayang sahabat atau lebih? Aku bingung! Aku harus apa? Apa
aku harus menerima cinta David? David begitu perhatian kepadaku, aku merasa
nyaman selama ini jika bersama dia.” pikirnya. “Aku menerima cintamu, Dav.” ucap
Doni. “Serius? Lo terima cinta gue?” David kaget dengan pernyataan Doni.
Mereka
akhirnya menjalin cinta dan menjadi sepasang kekasih. Mereka sangat bahagia
saat menjalani hubungannya. Sempat terbesit dipikiran Doni dia merasa bersalah
dengan menjalin hubungan dengan sesama jenis tetapi dia telah sakit hati dengan
perempuan akhirnya dia melampiaskan dengan cara ini. “Lagi pula David lebih
sayang sama gue daripada Mira. Dia perhatian sama gue lalu kenapa gue harus
merasa bersalah? Ini pilihan gue! Gue yang akan jalani ini!” pikirnya. Bagi orang
lain mungkin kami tidak normal tapi bagi kami mereka yang tidak normal dan kami
normal. Ini pilihanku apapun resikonya aku harus menjalaninya.
Ini
hitamku. Ini keadaanku yang sekarang. Aku tidak menyesal menjadi seperti ini.
-The End-